Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Monday 19 January 2009

JIHAD DENGAN SENJATA ADALAH SOLUSI UTAMA PALESTINA

Sejumlah da'i dan ulama muslim Mesir menyatakan bahwa jihad dengan menggunakan senjata merupakan pilihan strategis untuk mengembalikan tanah Palestina, mereka menuntut agar memberikan perlawanan di Jalur Ghaza untuk menghadapi agresi Israel, sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada hari Sabtu kemarin.

Sebagian yang lain juga sepakat menjelaskan kepada rakyat Mesir dan dunia Islam agar kaum muslimin melakukan "kewajiban syar’i yang diperintahkan islam" yaitu berjihad dijalan Allah dan memberikan bantuan materi kepada rakyat Palestina. Mereka juga mengumumkan pemboikotan terhadap ekonomi, politik dan budaya Israel serta Negara-negara yang menjadi pendukungnya.

Pernyataan yang ditandatangani oleh empat puluh da'i, ilmuwan serta pemikir islam Mesir itu berbunyi: "Sesungguhnya peristiwa yang menimpa disebagian bumi Islam hari ini, di bumi Ghaza - Palestina, adalah agresi terkutuk dan melampaui batas yang bertentangan dengan nilai-nilai etika dan tidak berprikemanusiaan "

Pernyataan tersebut menjelaskan tiga poin dasar yang berkaitan dengan aqidah, yaitu: bahwa “Palestina adalah bumi islam dengan apapun konsekeunsinya.” Oleh karena itu, mereka menegaskan, “Tidak boleh seorang pun melepaskan bumi suci ini atau sepetak tanah darinya untuk dimiliki oleh non-Muslim, apapun situasi dan kondisinya."

Sebagaimana mereka juga menegaskan bahwa, "Zionis Israel adalah kelompok perampok dan penjajah tanah Palestina, dan pasti kebenaran (alhaq) akan kembali kepada orang-orang yang berhak atasnya walaupun dalam jangka waktu yang lama. Dalam hal ini kami tidak ridho dan tidak menerima penjajahan Zionis yang brutal ini ke Tanah Suci Palestina."

Adapun bagian ketiga dari poin aqidah, menurut pernyataan tersebut, adalah: "Jihad dijalan Allah dan melakukan perlawanan dengan senjata adalah pilihan strategis untuk mengembalikan bumi palestina yang terampas dan kebenaran yang terkekang. Para zionis itu memang tidak mengenal bahasa dialog dan tidak pula mengerti makna islam."

Dari Pernyataan itu dapat disimpulkan bahwa rakyat Palestina yang melakukan perlawanan terhadap israel adalah "kelompok orang-orang yang ditolong," yang patut dan harus mendapatkan dukungan. Juga dikatakan bahwa: "Orang-orang yang mengambil jalan jihad dan perlawanan sebagai jalan yang mesti mereka tempuh lalu mereka mengorbankan nyawa, menjual para syuhada dan harta kekayaan yang mereka miliki. Mereka rela mengorbankan jiwa yang mahal dan berharga untuk membebaskan tanah suci ini walaupun harus menghadapi musuh yang bersenjata modern, berkekuatan besar dan membabi buta, dimana hal ini akan melahirkan kebencian yang mendalam pada benak setiap muslim, mereka inilah bagian dari kelompok orang-orang yang ditolong dengan izin Allah, maka sudah selayaknya bagi kaum muslimin untuk mendukung, memberi pertolongan dan menopang kekuatan.

Para da’i dan ulama itu juga bersepakat atas statement: "bahwa kewajiban yang disyariatkan dien islam adalah berjihad di jalan Allah swt dengan segala daya dan upaya serta pemberian bantuan materi untuk rakyat palestina. Juga dengan melakukan pemboikotan terhadap semua bentuk dan ragam produk Israel dan sekutunya baik di Timur maupun di Barat, seperti ekonomi, politik dan kebudayaan. Dan kami tegaskan pula atas haramnya bermuamalah dengan orang-orang Zionis dan para pendukungnya, apapun bentuk muamalah dan urusannya.

Syeikh Shafut Hijazi, salah seorang yang ikut menandatangani kesepakatan ini, mengakui akan keterlambatan para ulama' Mesir dalam mengumumkan sikap mereka terhadap penyerangan agresi Israel di jalur Ghaza.

Beliau juga menjelaskan bahwa, “Dalam hal ini, para Ulama' Mesir memiliki banyak pertimbangan keamanan dan politik yang sedang mengintimidasi mereka, juga karena mesir menjadi tempat tinggal para ulama tersebut.. dan sebagian mereka mendapat tekanan lalu masing-masing mereka saling menunggu dikeluarkannya statement yang seperti ini.”

Hingga terkumpullah empat pulun nama ilmuwan dan aktivis da’i Mesir, diantaranya, Dr. Nashr Faried Washil, mantan mufti negera Mesir, Dr Muhammad Abdul Mun’im Al-Barri, ketua forum Ulama' Al- Azhar, pemikir Islam Muhammad ’Amaroh, Dr Ahmad Al-Asaal, mantan rektor Universitas Islam di Pakistan, Dr. Muhammad Ro'fat Utsman, seorang ustadz di universitas Al- Azhar , Syeikh Ahmad Al-Mihlawi, mantan khotib di masjid Al-Qoid Ibrohim di provinsi Iskandariyah, dan da'i salafi Abu Ishak Al-Haubany, serta da'i ihwanul muslimin Hazim Shalah Abu Ismail.

Dan syeikh Hijazi menjelaskan, bahwa ia dan sebagian besar da'i telah berusaha menjalin kerjasama untuk menyepakati statement tersebut.. “ kami mendapatkan sambutan yang relatif cepat dari orang-orang yang hendak menandatangani pernyataan itu, meski sebagian besar ulama' juga ada yang menolak untuk menyepakati dua item, yaitu jihad dan boikot politik lagi-lagi karena alasan keamanan”.

Daftar nama orang-orang yang menolak dalam menandatangani kesepakatan tersebut dirahasiakan. Dan berbagai ceramah yang disampaikan oleh para khotib di masjid At-Tabi’ien milik kementerian Wakaf pada khutbah jum'at kemarin banyak sekali menuai kritik. Meski disampaikan bahwa Mesir telah banyak memberikan sumbangsih dalam permasalahan Palestina dan telah mengorbankan 120 ribu nyawa syuhada, maka janganlah ada seorang pun yang menuntut tambahan lagi.”

Namun sebagaimana yang termuat dalam koran Al- Quds Al- Arabi, Syeikh Hijazi mengatakan, “ Mesir tidak berbuat apapun untuk membantu masalah palestina dan orang-orang yang mati syahid yang sering disebut-sebutkan itu, mereka sebenarnya mengorbankan nyawa-nyawa mereka untuk membela Mesir pada peperangan tahun 1967 – 1973 dan bukan untuk menebus palestina,” Dia juga menambahkan: “Bahkan jika saja kita telah berbuat sesuatu untuk palestina, maka hal itu adalah wajar karena itulah tanggung jawab bagi Mesir yang telah Allah Azza wa Jalla tentukan baginya dan Allah jadikan Mesir sebagai tempat suku Kan’aniyah. Oleh karena itu, wajib bagi kita untuk tidak mengungkit-ungkit atas apa yang kita lakukan.”

Arabnet5/4/1/2009

0 comments:

Post a Comment